Syamsul Arifin

Berita kematian Walikota Banjarbaru pada tanggal 10 Agustus 2020 menyentakkan kita semua, terutama untuk  masyarakat wilayah Kalimantan Selatan. Karena beliau merupakan kepala daerah pertama di Kalimantan Selatan yang meninggal karena Covid-19, meskipun di Indonesia sebelumnya sudah dua kepala daerah yang meninggal karena terpapar  Covid-19 adalah Bupati Bupati Morowali Utara dan Wali Kota Tanjungpinang. Sebelumnya juga meninggal Sekretaris Bappeda Kalimantan Selatan dan selang beberapa waktu kemudian disusul dengan kematian Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar.

Kejadian yang dialami  sebagian besar para pejabat yang terpapar Covid-19 ditengarai akibat seringnya melakukan rapat di lingkungan instansinya masing-masing.

Sumber Potensi Transmisi di Ruang Rapat

Kegiatan dalam bentuk rapat tatap muka memiliki potensi sebagai sumber transmisi Covid-19. Hal ini dapat dijelaskan dengan konsep Jumlah, Tempat, Jenis  & Lama (JTJL). Konsep ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Jumlah yang hadir dalam  ruang rapat

Semakin banyak orang, semakin tinggi pula risiko penularan virus yang dapat terjadi. Pembatasan sosial distancing dalam suatu tempat sebanyak 50% dapat menurunkan transmisi  dalam 5 hari kemudian sebesar 50% , yaitu dari 2,5 orang menjadi 1,25 orang (Signer, 2020). Dengan pembatasan jumlah orang, memungkinkan untuk menerapkan protokol kesehatan jaga jarak minimal 1 meter.  Menurut penelitian yang dilakukan Derek, dkk (2020) dan Andrew, dkk (2020)  penerapan protokol kesehatan dalam bentuk jaga jarak minimal 1 meter dapat menurunkan transmisi Covid-19 sebesar  + 85%. Menjaga jarak 1-2 meter membuat kita terhindar dari droplets besar, namun terkadang droplets dapat terbentuk dalam bentuk ukuran kecil yang dapat terbang terbawa angin dan mengapung di udara sampai dengan 20 menit (parshina-Kottas et al, 2020)

2. Tempat ruangan rapat

Risiko penularan virus akan menjadi semakin tinggi di dalam ruangan tertutup di mana ventilasi tidak baik. Virus juga menyukai suhu udara yang lebih sejuk dari AC.  Penelitian di Jepang yang melacak kontak 110 orang dengan Covid-19 menemukan bahwa infeksi itu ditularkan hanya oleh 12,5 persen dari mereka yang hanya berinteraksi dengan orang lain di luar ruangan. Tetapi dari mereka yang hanya bertemu di dalam ruangan, hampir 75 persen menginfeksi orang lain (Peel dan Murdoch, 2020). Demikian pula penelitian disebuah restoran di China dengan ventilasi tertutup 10 orang tertular Covid-19 tanpa berinteraksi langsung. Transmisi virus terjadi melalui aliran udara AC (Lu et al., 2020)

3. Jenis aktivitas utama rapat

Aktivitas utama yang dilakukan pada saat rapat adalah berbicara. Bicara biasanya agak keras jika dengan atau tanpa microfon.  Dilansir dari laman World of Buzz, sebuah studi yang dipublikasikan The Proceedings of the National Academy of Sciences pada 13 Mei mengungkap, tindakan sederhana seperti berbicara bisa menyebabkan ribuan droplets menyebar ke udara dan tertahan di sana selama 8-14 menit dengan jumlah  2.600 droplets kecil tercipta setiap detik ketika relawan berbicara dalam suara normal. Namun, eksperimen menunjukkan bahwa berbicara dengan suara lebih keras bisa menciptakan droplets yang lebih besar dengan jumlah yang lebih banyak.

4. Lama kegiatan rapat

Kegiatan rapat pada umumnya dilaksanakan dalam waktu yang lama, apalagi jika membahas hal yang penting.  Durasi waktu yang dihabiskan bersama orang lain juga turut berpengaruh pada risiko penularan. Faktor ini sama pentingnya dengan  kondisi kesehatan yang berbeda pada berbagai orang yang ikut dalam rapat. Semakin lama berinteraksi dengan seseorang semakin tinggi risiko tertular, karena keberhasilan infeksi merupakan perkalian paparan virus dan durasi waktu. Jumlah virus yang dilepaskan saat berbicara 5 menit sama dengan 1 kali bersin/batuk ((parshina-Kottas et al, 2020).

Pencegahan Transmisi COVID-19

Probabilitas penularan virus semakin meningkat apabila seluruh faktor ini saling tumpang tindih dan terjadi bersamaan.  Oleh karena itu penerapan protokol kesehatan harus ketat dilaksanakan. Namun, selain itu juga  harus dilakukan langkah kewasapadaan terhadap sumber penularan dalam ruang rapat, melalui:

1.  Pembatasan jumlah pembicara dan Peserta rapat

Perlu dilakukan pembatasan jumlah pembicara dan  jumlah peserta yang ada di dalam ruangan, misalnya dibagi 50% orang di dalam satu ruangan  dan 50% lainnya di ruangan lainnya atau di rumah. Dengan menggunakan  aplikasi webcam untuk melaksanakan rapat secara online. Dengan kapasitas hanya 50%, maka dapat diatur jarak tempat duduk antar peserta rapat minimal 1-2 meter.

2. Pemilihan ruangan rapat  yang bersirkulasi udara baik

Perlu dipilih  ruangan tempat pelaksanaan rapat yang mempunyai ventilasi  yang terbuka sehingga sirkulasi udara di dalam ruangan akan tetap berjalan dan udara di dalam ruangan tetap terjaga. Rapat dapat dilaksanakan  di pagi hari sehingga ruangan tidak perlu menggunakan AC, dengan membuka jendela dan biarkan udara pagi masuk ke dalam ruangan. Atau sebagai alternatif rapat dapat dilakukan di ruangan terbuka di lobby atau halaman kantor.

3. Penggunaan masker terus-menerus selama rapat berlangsung

Diusahakan penggunaan masker yang memenuhi standar harus benar dan terus menerus. Penggunaan masker ini  sebaiknya tetap dipertahankan meskipun saat berbicara dengan atau tanpa menggunakan mikrofon.

4. Pembatasan waktu penyelenggaraan rapat

Pelaksanaan rapat diusahakan sesingkat mungkin dan  sebaiknya berbicara tidak bertele-tele dan langsung ke inti masalah. Waktu maksimal rapat setidaknya  hanya 15-20 menit. Jika perlu pembahasan lama sebaiknya dilakukan sebelumnya melalui online.

5. Hindari sajian makan/minum selama rapat.

Memang agak kurang lengkap sebuah rapat tanpa sajian makanan dan minuman namun ini bisa membuat orang yang ada di dalam ruangan membuka maskernya dan bisa saja menyebarkan virus yang ada. Oleh karena itu sebaiknya sajian makanan atau minum dikemas untuk bisa dibawa pulang.

Akan tetapi jika hal-hal ini belum bisa dilaksanakan secara menyeluruh pada saat menyelenggarakan rapat khususnya di area perkantoran, maka sebaiknya seluruh agenda pembahasan dapat dilakukan melalui rapat online. []

Prof. Dr. dr. Syamsul Arifin adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran ULM dan anggota Tim Pakar Percepatan Penanganan COVID-19 ULM