Hidayatullah Muttaqin

Ini adalah infografis laju insidensi COVID-19 nasional pada 29 Juli 2020. Dari infografis ini kita dapat mengetahui provinsi mana yang paling tinggi laju insidensinya di Indonesia, yaitu DKI Jakarta dengan 195 kasus per 100 ribu penduduk. Juga bukan kejutan lagi, Provinsi Kalimantan Selatan masih menempati posisi kedua sebagai provinsi paling terpapar COVID-19 sejak bulan Juni dengan kasus saat ini sebanyak 137. Kemudian di peringkat ketiga adalah Provinsi Maluku Utara dengan jumlah kasus sebanyak 122.

Dibandingkan dengan laju insidensi 10 hari yang lalu (19 Juli 2020), maka kasus DKI Jakarta bertambah sebanyak 39 kasus, Kalsel bertambah 21 kasus, dan Maluku Utara 20 kasus. Provinsi lainnya Sulawesi Selatan bertambah 10 kasus dan Sulawesi Utara 20 kasus.

Pada grafik scatter atau tebar dalam infografis ini, tampak Provinsi DKI Jakarta dan Gorontalo memimpin dalam angka pertumbuhan laju insidensi kasus positif COVID-19 dalam seminggu terakhir. Kemudian disusul oleh Provinsi Kalimantan Selatan, Maluku Utara dan Sulawesi Utara.

Peta Laju Insidensi Kasus Positif dan Kasus Aktif

Hal yang menarik adalah saat peta laju insidensi kasus positif COVID-19 disandingkan dengan peta laju insidensi kasus aktif, terdapat perbedaan yang mencolok dalam hal tingkat gradasi warna. Pada peta kedua ketebalan gradasi warna menurun yang menunjukkan jumlah kasus laju insidensi mengalami pengurangan. Semakin tipis ketebalan warna mengindikasikan semakin tinggi angka kesembuhan atau case recovery rate pada suatu provinsi.

Penggunaan data laju insidensi untuk kasus aktif ini cukup penting untuk melengkapi informasi laju insidensi seluruh kasus terkonfirmasi. Sebab tingkat laju kasus insidensi akan terus bertambah seiring dengan adanya tambahan kasus baru. Jika tidak ada kasus, maka angka laju insidensi tidak bertambah. Karena pola informasinya seperti ini, maka tidak akan tergambar kinerja daerah dalam menurunkan angka pertumbuhan COVID-19.

Pentingnya Indikator Laju Insidensi Kasus Aktif

Dalam indikator laju insidensi kasus aktif, faktor yang dapat menambah lajunya adalah pertambahan kasus baru sedangkan yang menguranginya adalah jumlah kesembuhan dan kematian. Karena itu laju insidensi kasus aktif dapat bertambah dan juga dapat berkurang.

Suatu daerah jika berhasil meningkatkan angka kesembuhan secara signifikan, laju insidensi kasus aktifnya akan menurun dalam jumlah besar. Jarak antara laju insidensi kasus positif dengan laju insidensi kasus aktif akan semakin lebar. Bahkan jika semua pasien COVID-19 berhasil sembuh seperti yang dicapai oleh Vietnam, laju insidensi kasus aktifnya akan menjadi nol.

Daerah yang berhasil melandaikan kurva COVID-19 akan ditandai dengan angka laju insidensi kasus aktif sama dengan nol. Angka nol inilah yang perlu dipertahankan dalam sekian waktu untuk keluar dari situasi pandemi.

Suatu daerah atau bahkan suatu negara yang terlambat bertindak dalam penanganan wabah COVID-19 boleh jadi akan memperoleh angka laju insidensi yang tinggi. Sayangnya ketika daerah tersebut kemudian dapat menurunkan kasus harian baru dan meningkatkan angka kesembuhan, angka laju insidensinya tidak akan turun. Mengapa? Karena angka laju insiden kasus positif COVID-19 hanya dapat bertambah naik. Di sinilah kegunaan indikator laju insidensi kasus aktif, yaitu melengkapi informasi yang kurang dari laju insidensi kasus positif.

Laju Insidensi Kasus Aktif

Per 29 Juli 2020, terdapat 11 provinsi yang berhasil menurunkan laju insidensi kasus aktifnya dalam seminggu terakhir, satu provinsi tidak mengalami pertumbuhan, dan 10 provinsi yang pertumbuhannya di bawah satu kasus. Sementara itu ada 12 provinsi yang jumlah pertumbuhan kasusnya lebih dari satu. Provinsi Gorontalo, DKI Jakarta dan Kalimantan Utara berada pada peringkat teratas sebagai daerah yang paling laju pertambahannya, masing-masing sebesar 17, 14, dan 7 kasus.

Grafik scatter dalam infografis ini menggambarkan formasi sebaran daerah yang laju insidensi kasus aktifnya bertambah dan berkurang. Tampak juga daerah yang pertumbuhan laju insidensi kasus positifnya dalam seminggu terakhir paling tinggi memiliki arah yang beragam dalam laju insidensi kasus aktifnya.

Provinsi yang pertumbuhan laju insidensi kasus aktifnya berkurang tetapi pertumbuhan laju insidensi kasus positifnya masih tinggi mengindikasikan di daerah tersebut terjadi peningkatan kesembuhan dari COVID-19 tetapi juga pertumbuhan kasus positif baru harian masih tinggi.

Grafik garis perkembangan laju insidensi kasus terkonfirmasi harian baru nasional dalam infografis ini menggambarkan tren kasus baru tidak hanya masih tinggi tetapi juga cenderung meningkat. Dalam kondisi ini, meski terjadi tren penurunan kasus aktif, laju insidensi kasus positif akan terus meningkat.

Kesimpulan

Indikator laju insidensi kasus aktif memiliki fungsi untuk melengkapi informasi kondisi dan perkembangan pandemi COVID-19 yang diperoleh dari laju insidensi kasus positif. Indikator ini dapat merefleksikan sejauh mana daerah dapat menurunkan kasus aktif.

Jika laju insidensi kasus aktif berkurang tetapi pada saat bersamaan terdapat peningkatan laju insidensi kasus positif, ini menunjukkan telah terjadi peningkatan angka kesembuhan tetapi kasus baru yang bertambah setiap harinya masih tinggi. Kondisi ideal yang harus dicapai daerah adalah meningkatkan angka kesembuhan dan mengurangi kasus baru hingga tidak ditemukan lagi kasus baru.

Sumber tulisan: Muttaq.in

Hidayatullah Muttaqin, SE, MSI, Pg.D adalah dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan dan anggota Tim Pakar Percepatan Penanganan COVID-19 ULM.

Infografis Laju Insidensi COVID-19 Nasional 29 Juli 2020