tribunnews
Foto ULM Untuk Bpost – Tim Pakar Percepatan Penanganan Covid-19 Universitas Lambung Mangkurat (ULM) yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran ULM, Prof. Dr. dr. Syamsul Arifin.

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN – Sederet upaya peningkatan disiplin masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan terus dilakukan baik melalui himbauan maupun operasi-operasi yustisi.

Namun seperti dilaporkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kalsel, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 masih terus bertambah.

Dimana pada Kamis (1/10/2020) diketahui kasus terkonfirmasi positif Covid-19 kembali bertambah sebanyak 55 orang menjadikan total kasus Covid-19 di Kalsel menjadi 10.403 kasus.

Tren masih terus bertambahnya kasus meski kesadaran masyarakat dalam penggunaan masker sudah meningkat ini menjadi perhatian Guru Besar Ilmu Kesehatan dan anggota Tim Pakar Covid-19 Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Prof. Dr. dr. Syamsul Arifin

Menurut Syamsul, saat kepatuhan masyarakat sudah meningkat terhadap penggunaan masker yang terstandar, justru yang sering terabaikan adalah untuk cuci tangan.

Pasalnya kata Syamsul, hal ini bisa menjadi faktor penyebab masih meningkatnya kasus karena sulit menjamin tangan tidak menyentuh wajah atau masker.

Dipaparkannya, sebuah penelitian tahun 2016 dari New South Wales, Australia, menyebutkan orang-orang menyentuh wajah mereka sekitar 23 kali dalam satu jam.

Hampir setengah dari sentuhan wajah melibatkan mulut, hidung, atau mata yang notabennya menjadi jalur termudah bagi virus dan bakteri memasuki tubuh.

Penyakit saluran pernapasan yang disebabkan corona virus disease 2019 menyebar ketika percikan dahak yang mengandung virus masuk ke dalam tubuh melalui mata, hidung, atau tenggorokan.

Akan tetapi menurutnya, yang paling sering terjadi adalah melalui tangan termasuk dari satu orang ke orang lain.

Menurut Syamsul, selama pandemi global terjadi, salah satu cara paling mudah, penting dan tanpa biaya untuk mencegah penyebaran virus adalah dengan rutin cuci tangan pakai sabun dan air.

Mencuci tangan mungkin terlihat cukup mudah, tetapi kenyataannya hanya 5 persen orang benar-benar memahami mencuci tangan yang baik dan benar.

“Untuk itu, pemahaman cuci tangan sangat perlu dikampanyekan terlebih dalam rangka memperingati hari cuci tangan pakai sabun sedunia pada tanggal 15 Oktober nanti,” kata Syamsul.

Pasalnya, kampanye cuci tangan pakai sabun sedunia adalah upaya memobilisasi jutaan orang diseluruh dunia untuk mencuci tangan mereka dengan sabun

Menurut WHO, cuci tangan adalah suatu prosedur atau tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir atau Hand rub dengan antiseptik (berbasis alkohol).

Agar cuci tangan dapat memberikan perlindungan maksimal terhadap transmisi Covid-19, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.

Yaitu terkait kapan harus mencuci tangan, diantaranya setelah membuang ingus, setelah batuk atau setelah bersin, setelah berkunjung dari tempat umum, setelah menyentuh barang di luar rumah termasuk uang, sebelum, saat dan sesudah merawat orang sakit, sebelum dan sesudah makan, setelah menggunakan toilet.

Lalu, setelah membuang sampah, setelah mengganti popok bayi atau membantu anak menggunakan toilet dan ketika tangan kotor.

Selanjutnya terkait teknik mencuci tangan, hal ini penting untuk menghilangkan semua jejak virus di tangan, gosokan dan bilasan singkat saja tidak cukup.

Teknik cuci tangan yang efektif pada prinsipnya harus membasahitangan seluruhnya dengan air bersih mengalir dan tuangkan sabun ke seluruh bagian tangan.

Lalu gosok sabun ke telapak tangan, punggung tangan dan sela-sela jari, bilas tangan dengan air bersih mengalir dan keringkan.

Mencuci tangan dengan sabun dalam kondisi air mengalir dapat menurunkan risiko terkena penyakit bakterial sebesar 50%. Dapat menggunakan sabun yang mengandung bahan kimia seperti alkohol dan klorin yang ampuh membunuh bakteri

Faktor selanjutnya yaitu terkait penggunaan sabun.

Mencuci tangan menggunakan air yang mengalir memang bisa saja dilakukan, namun air tidak cukup untuk menghilangkan virus yang menempel.

Air tidak cukup kuat untuk memisahkan virus yang lengket dengan permukaan kulit. Lain halnya dengan air sabun yanh mengandung zat sejenis lemak yang disebut sebagai amphiphiles.

Virus corona baru meskti mematikan, tetapi juga bisa dikalahkan dengan sesuatu yang sederhana seperti busa sabun.

Sabun dapat menggangu lapisan lemak dalam kulit virus dan menghilangkan virus dari permukaan setelah dibilas dengan air.

Produk antiseptik yang hampir semuanya berbasis alkohol mengandung larutan etanol tinggi, antara 60 persen-80 persen juga membunuh virus dengan cara yang sama dengan sabun.

“Akan tetapi, sabun lebih baik untuk digunakan membunuh virus, karena cara kerjanya yang lebih efektif,” kata Syamsul.

Lama waktu yang diperlukan agar bersih dari sebagian besar virus juga penting, dimana mencuci tangan setidaknya selama 20-30 detik.

“Cara mudah memperhitungkan durasinya, nyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun sebanyak dua kali,” ungkap Syamsul.

Molekul sabun membutuhkan waktu untuk bereaksi dengan selubung virus dan memecahnya.

Tetapi ini tidak segera terjadi, untuk itu diperlukan waktu untuk menghasilkan busa yang bagus dan menutupi semua bagian tangan membutuhkan waktu minimal 20 detik.

Saat setelah selesai mencuci tangan pun harus diperhatikan, karena kondisi tangan yang basah menyebar 1000 kali lebih banyak daripada tangan yang kering.

Karena itu, sangat penting untuk mengeringkan tangan dengan tisu sekali pakai setelah mencuci tangan.

“Dengan melakukan cuci tangan pakai sabun yang baik dan benar, maka minimal dapat menurunkan risiko penularan terhadap Covid-19 sekitar 35 persen. Semakin sempurna lagi jika diikuti dengan penggunaan masker dan jaga jarak minimal 1,5 meter,” kata Syamsul. 

Sumber: Banjarmasin Post, 2 Oktober 2020 – Penulis: Achmad Maudhody