Libur panjang picu kenaikan COVID-19

Libur panjang picu kenaikan COVID-19
Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Hidayatullah Muttaqin SE, MSI, Pg.D. (ANTARA/Firman)

Banjarmasin (ANTARA) – Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Hidayatullah Muttaqin SE, MSI, Pg.D mengatakan libur panjang pekan ini dapat memicu pertumbuhan COVID-19 jika masyarakat tak disiplin.

“Himbauan pemerintah untuk tidak melakukan perjalanan ke luar kota di masa libur panjang harus didengar oleh warga,” kata dia di Banjarmasin, Rabu.

Jika pun tetap harus piknik bersama keluarga, maka Taqin mengharapkan masyarakat menjaga kedisiplinan 3M yaitu menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.

Diketahui akhir bulan Oktober ini dilalui masyarakat Indonesia dengan hari libur hampir sepekan. Libur panjang ini adalah hasil dari ketetapan pemerintah berupa cuti bersama pada 28 dan 30 Oktober untuk menyertai hari libur nasional Maulid Nabi Muhammad SAW pada 29 Oktober dan hari libur Sabtu-Ahad.

Menurut Taqin, libur panjang dapat mendorong masyarakat untuk melakukan perjalanan antardaerah di tengah masih tingginya kasus COVID-19 di Indonesia. Sedangkan mobilitas penduduk itu sendiri merupakan “motor” penyebaran virus corona.

Dipaparkan dia, rata-rata kasus harian di Indonesia pada bulan ini hingga 27 Oktober 4.054 kasus baru. Ini lebih besar dari rata-rata kasus baru pada bulan Agustus dan September yang masing-masing berjumlah 2.143 dan 3.740 kasus. Karena itu, liburan panjang berpotensi membuat kasus harian di Indonesia tetap tinggi pada bulan November nanti.

Dijelaskan Taqin, ada beberapa risiko peningkatan mobilitas penduduk untuk masa libur sekarang. Pertama, daerah yang memiliki banyak obyek wisata memiliki kerentanan terjadinya peningkatan kasus baru COVID-19.

Kedua, masyarakat yang melancong ke suatu daerah wisata akan bertemu dengan penduduk dari daerah lainnya, sehingga ada risiko penularan jika ada wisatawan atau penduduk setempat yang telah terinfeksi COVID-19.

Ketiga, ketika masyarakat yang berwisata dan kembali ke daerah asalnya ada kemungkinan membawa bibit COVID-19 ke rumah dan lingkungan tempat tinggalnya.

Dengan demikian ada potensi kembali meningkatnya pertumbuhan kasus baru COVID-19 di daerah-daerah wisata dan kota-kota yang mobilitas antar daerah penduduknya akan meningkat di masa liburan ini.

Adapun daerah yang memiliki kemungkinan peningkatan kasus COVID-19 karena penduduknya berlibur adalah daerah yang dari sisi ekonomi tingkat produk domestik regional bruto (PDRB) per kapitanya tinggi dan memiliki banyak penduduk kelas menengah serta menengah ke atas.

“Masyarakat jangan sampai lupa bahwa COVID-19 ini masih ada dan kapan saja kita bisa tertular. Jadi, ini bukan soal Anda punya uang lalu seenaknya bisa bebas liburan, namun sadarilah dengan bijak ini terkait kemanusiaan untuk menyelamatkan banyak orang dari ancaman virus penyakit ini,” kata dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis ULM itu.

Sumber: Antara, 28 Oktober 2020 – Pewarta: Firman.
2020-11-01T11:28:59+08:001 November 2020|Categories: Berita Tim Pakar|Tags: , , , |
Go to Top