Banjarmasin (ANTARA) – Pertumbuhan kasus baru positif COVID-19 di Kalimantan Selatan (Kalsel) pada bulan Agustus ini atau satu semester sejak kasus pertama 22 Maret 2020, mulai melandai jika dibanding bulan-bulan sebelumnya.

Menurut anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Hidayatullah Muttaqin SE, MSI, Pg.D, pertumbuhan jumlah kasus yang mulai melambat terlihat dari perbandingan perbulannya.

Pada bulan Mei, rata-rata setiap hari ada 24 kasus baru. Pada bulan berikutnya terjadi lonjakan rata-rata kasus harian, yaitu 74 kasus baru pada bulan Juni dan 95 kasus baru pada bulan Juli. Sedangkan Agustus ini, kasus baru rata-rata hanya 71 kasus.

“Meskipun sudah lebih dari 8.000 penduduk yang terinfeksi, ada catatan positif dalam penanganan COVID-19 di Kalsel selama enam bulan ini,” terang dia di Banjarmasin, Sabtu.

Diungkapkan Taqin, penurunan persentase kasus aktif mulai terjadi dari 85 persen pada hari ke-81 atau pada 10 Juni menjadi 83 persen pada hari ke-82 dan tanggal 28 Agustus tinggal 21 persen. Sedangkan secara absolut, jumlah kasus aktif baru turun pada hari ke-120.

Menurunnya jumlah kasus aktif terutama didorong oleh peningkatan angka kesembuhan. Tingkat kesembuhan atau case recovery rate (CRR) baru mengalami kenaikan secara konsisten mulai dari 19 Juni atau sejak hari ke-90.

Pada hari tersebut, angka CRR Kalsel mencapai 15,1 persen dan masih terbilang sangat rendah. Angka kesembuhan 50 persen baru dapat dicapai pada ke-127 atau setelah 4 bulan wabah menerpa Kalsel. Saat ini jumlah pasien COVID-19 yang sembuh mencapai 6.067 orang atau sekitar 75 persen jumlah penduduk yang terinfeksi.

“Dalam dua bulan pertama, tingkat kematian atau case fatality rate (CFR) COVID-19 mengalami turun naik dan beberapa tembus di atas 10 persen,” ungkap dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis ULM itu.

Saat ini, jumlah pasien yang meninggal mencapai 4,3 persen atau sebanyak 351 orang. Posisi tersebut sama dengan tingkat kematian COVID-19 nasional, tetapi masih lebih tinggi dibanding tingkat kematian dunia yang berada pada posisi 3,4 persen.

Meskipun pertumbuhan kasus baru positif COVID-19 sudah menurun dibandingkan bulan Juni dan Juli, namun Taqin mengingatkan masyarakat harus mewaspadai kemungkinan terjadinya penurunan semu.

Sejumlah alasan melatarbelakangi kemungkinan penurunan semu tersebut. Salah satunya angka penularan COVID-19 di Kalsel masih tinggi. Hal ini ditandai dengan angka positive rate yang masih di atas 10 persen dan juga lebih tinggi dari angka nasional 13,3 persen.

“Seiring dengan era adaptasi kebiasaan baru dan pelonggaran kegiatan ekonomi, maka mobilitas penduduk menjadi tidak terkendali. Akibatnya, potensi penularan dan penyebaran COVID-19 cukup besar baik dalam satu daerah maupun lintas daerah,” tandasnya.

Sumber: Antara, 29 Agustus 2020 – Pewarta: Firman