BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN – Perkembangan Covid-19 di Kalimantan Selatan (Kalsel) selama satu semester pertama pandemi berlangsung cepat.

Angka 100 kasus terkonfirmasi positif ditembus hanya dalam 32 hari sejak kasus pertama pada 22 Maret yang lalu.

Satu bulan kemudian, penduduk yang dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 sudah melampaui 500 kasus.

Lima belas hari berikutnya jumlah penduduk yang terpapar Covid-19 sudah menembus batas psikologis, yaitu 1000 kasus.

Sementara itu angka 5.000 kasus dicapai dalam waktu 4 bulan pandemi.

Kini dalam satu semester pandemi, hingga 29 Agustus Tahun 2020 jumlah penduduk Kalsel yang terinfeksi Covid-19 sudah mencapai 8.192 orang, artinya berarti ada 190 jiwa yang terpapar Covid-19 per 100 ribu penduduk.

Meskipun perkembangan Covid-19 di Kalsel cukup cepat, namun data statistik satu bulan terakhir menunjukkan sudah terjadi pelambatan pertumbuhan kasus.

Namun pertanyaannya, apakah pelambatan ini riil atau hanya penurunan semu?

Hal ini lah yang dianalisa oleh Anggota Tim Pakar Percepatan Penanganan Covid-19 Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Hidayatullah Muttaqin, SE., MSI., Pg.D.

-Pertumbuhan Kasus Sudah Melambat

Menurut Muttaqin, meskipun sudah lebih dari 8000 penduduk yang terinfeksi Covid-19, ada catatan positif dalam penanganan Covid-19 di Kalsel.

Pertama pertumbuhan jumlah kasus sudah mulai melambat. Pada bulan Mei, rata-rata setiap hari ada 24 kasus baru.

Pada bulan Agustus ini, rata-rata kasus baru sudah menurun menjadi 71 kasus.

Kedua, terjadi penurunan kasus aktif yaitu berkurangnya jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit ataupun isolasi mandiri.

Penurunan persentase kasus aktif mulai terjadi dari 85 persen pada hari ke-81 atau pada 10 Juni menjadi 83 persen pada hari ke-82 dan sekarang (28 Agustus) tinggal 21 persen.

Sedangkan secara absolut, jumlah kasus aktif baru turun pada hari ke 120.

-Tingkat Kesembuhan Meningkat dan Kematian Menurun

Menurunnya jumlah kasus aktif terutama didorong oleh peningkatan angka kesembuhan.

Tingkat kesembuhan atau case recovery rate (CRR) baru mengalami kenaikan secara konsisten mulai dari 19 Juni atau sejak hari ke 90.

Pada hari tersebut, angka CRR Kalsel mencapai 15,1 persen dan masih terbilang sangat rendah.

Angka kesembuhan 50 persen baru dapat dicapai pada ke 127 atau setelah 4 bulan wabah menerpa Kalsel.

Dalam dua bulan pertama, tingkat kematian atau case fatality rate (CFR) Covid-19 Kalimantan Selatan mengalami turun naik dan beberapa tembus di atas 10 persen.

Saat ini per 28 Agustus jumlah pasien Covid-19 yang meninggal mencapai 4,3 persen atau sebanyak 351 orang.

Posisi tersebut sama dengan tingkat kematian Covid-19 nasional tetapi masih di bawah tingkat kematian dunia yang berada pada posisi 3,4 persen

-Positive Rate Masih Tinggi

Dalam rangka menurunkan pertumbuhan kasus, Pemerintah Provinsi Kalsel melakukan 10 ribu tes swab massal di bulan Agustus 2020.

Per 23 Agustus, penduduk yang berpartisipasi dalam tes swab massal ini melebihi target yaitu sebesar 120 persen lebih.

Hasilnya sebanyak 873 orang atau 7,6 persen dinyatakan positif.

Secara keseluruhan sudah 57.947 penduduk yang melakukan tes swab dengan hasil angka positive rate mencapai 14,0 persen.

“Angka ini menunjukkan positive rate Kalsel masih sangat tinggi dan sangat serius. Ini artinya, dari setiap 100 penduduk Kalsel yang dites swab, rata-rata ada 14 orang yang hasilnya positif terinfeksi. Angka positive rate ini masih di atas acuan maksimal yang ditetap WHO, yaitu sebesar 5 persen,” kata Muttaqin.

Meskipun pertumbuhan kasus baru positif Covid-19 di Kalsel pada bulan Agustus sudah menurun dibandingkan bulan Juni dan Juli, kita harus mewaspadai kemungkinan terjadinya penurunan semu.

Menurutnya, ada beberapa alasan yang melatarbelakangi kemungkinan penurunan semu ini.

Pertama, angka penularan Covid-19 di Kalsel masih tinggi. Hal ini ditandai dengan angka positive rate yang masih di atas 10 persen dan juga lebih tinggi dari angka nasional 13,3 persen.

Kedua, meskipun tes swab massal 20 persen lebih tinggi dari target 10 ribu, jumlah tes swab di kantong Covid-19 Kalsel justru jauh di bawah target.

Per 17 Agustus tercatat jumlah penduduk yang melakukan tes swasb hanya sebanyak 66,0 persen dari target 1399 orang. Sementara target Kota Banjarmasin tersebut terlalu rendah, yaitu hanya 14,0 persen dari target 10 ribu tes.

Sedangkan populasi Kota Banjarmasin sendiri mencapai 16,6 persen dari jumlah penduduk Kalsel dengan tingkat kepadatan penduduk lebih dari 7700 jiwa per kilometer persegi.

Kota Banjarmasin merupakan kantong Covid-19 Kalsel, karena 34,6 persen kasus Covid-19 Kalsel ada di ibu kota provinsi ini.

Ketiga, jumlah penduduk yang dites swab baru sekitar 1,4 persen atau setara 13464 tes per satu juta penduduk. Negara-negara yang sukses menurunkan kasus Covid-19 melakukan tes terhadap penduduknya dalam jumlah yang sangat masif.

Misalnya Cina melakukan tes sebanyak 62814 dan Selandia Baru 148002 per satu juta penduduk.

Keempat, bentuk kurva tren kasus positif harian Kalsel tidak seperti kurva normal sebagaimana kurva Cina dan Selandia Baru yang berhasil menurunkan dan mengendalikan pandemi Covid-19.

Kurva Kalsel sudah berbentuk 3 buah gunung yang menunjukkan ketika terjadi penurunan kasus baru kemudian akan diikuti kembali oleh kenaikan kasus.

Kelima, perilaku penduduk masih cenderung sangat adaptif terhadap penularan dan penyebaran Covid-19, seperti berkerumunan dan tidak mengenakan masker.

“Masih kita temui juga stigma negatif terhadap warga yang terinfeksi Covid-19 yang menyebabkan masyarakat enggan melakukan tes swab karena takut distigma jika hasilnya positif,” paparnya.

Keenam, seiring dengan era adaptasi kebiasaan baru dan pelonggaran kegiatan ekonomi yang didorong oleh pemerintah pusat, maka mobilitas penduduk menjadi tidak terkendali. Akibatnya, potensi penularan dan penyebaran Covid-19 cukup besar baik dalam satu daerah maupun lintas daerah.

Sumber: Banjarmasin Post, 30 Agustus.  – Pewarta: Achmad Maudhody