Ilustrasi Covid-19. Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19 Hidayatullah Muttaqin SE, MSI, Pg.D mengatakan testing Covid-19 harus lebih masif seiring tingginya mobilitas masyarakat di momen Lebaran Idul Fitri tahun ini.
Ilustrasi Covid-19. Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19 Hidayatullah Muttaqin SE, MSI, Pg.D mengatakan testing Covid-19 harus lebih masif seiring tingginya mobilitas masyarakat di momen Lebaran Idul Fitri tahun ini. Foto: Pixabay
Sasarannya penduduk yang bergejala dan pernah melakukan kontak erat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN — Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19 Hidayatullah Muttaqin SE, MSI, Pg.D mengatakan testing Covid-19 harus lebih masif seiring tingginya mobilitas masyarakat di momen Lebaran Idul Fitri tahun ini.

“Sasarannya penduduk yang bergejala dan pernah melakukan kontak erat. Hal ini penting untuk menekan laju penyebaran dengan melakukan isolasi atau perawatan sebanyak-banyaknya bagi yang dikonfirmasi positif Covid-19,” kata dia di Banjarmasin, Kalsel, Sabtu (15/5).

Diungkapkan Taqin, larangan mudik tahun ini faktanya tidak mengurangi mobilitas penduduk selama puasa atau jelang lebaran. Berdasarkan data dari Apple Maps dan Google, ungkap dia, kebijakan pemerintah tersebut belum dapat menekan mobilitas penduduk lebih baik dari situasi di tahun 2020.

Taqin menyebut indeks tren mobilitas Apple Maps mobilitas penduduk dengan menggunakan kendaraan roda dua dan empat sebelum lebaran tahun 2021 jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2020. Perbedaannya mencapai 40 hingga 60 persen.

Sementara dengan menggunakan data mobilitas penduduk di pusat transportasi umum dari google, mobilitas penduduk pada Ramadhan 2021 lebih tinggi 20 hingga 50 persen dibandingkan tahun 2020. “Saat pelarangan mudik dari 6 Mei 2021 mobilitas penduduk menggunakan kendaraan dan angkutan umum memang menurun drastis. Tetapi masyarakat sudah mengantisipasi dengan mudik lebih awal, khususnya sejak dilakukannya pembatasan perjalanan dari 22 April,” bebernya.

Alhasil, data Google dan Apple Maps menunjukkan peningkatan signifikan perjalanan menggunakan kendaraan dan angkutan umum hingga sebelum 6 Mei. Begitu pula mobilitas penduduk di udara mengalami peningkatan yang sangat tajam.

Menurut Taqin, larangan mudik hanya menyebabkan menurunnya mobilitas penduduk antarpulau dan antardaerah. Sebaliknya masyarakat memberikan respon atas larangan mudik tersebut dengan meningkatnya mobilitas lokal.

Berdasarkan data Google, hal ini ditunjukkan semakin menurunnya durasi mobilitas di area pemukiman. Artinya pergerakan masyarakat di luar rumah semakin tinggi. Sebagai contoh mobilitas penduduk ke pasar tradisional, super market, toko bahan makanan dan apotik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga melonjak tinggi melebihi baseline atau situasi normal sebelum pandemi.

“Berdasarkan alasan ini, dapat dikatakan pemerintah belum berhasil mengendalikan mobilitas penduduk sebelum lebaran, sehingga menyebabkan potensi penularan Covid-19 yang lebih tinggi,” paparnya.

Sumber: Republika, 15 Mei 2020.