REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN — Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19  Muhammad Ahsar Karim memperkirakan penularan Covid-19 di Kalimantan Selatan (Kalsel) masih tinggi hingga akhir Agustus 2020. Hal itu diketahui melalui metodologi matematika epidemiologi.

“Dengan menggunakan matematika epidemiologi (Model SIRD) dan data kasus Covid-19 pada periode 16 Juni sampai 21 Juli 2020 mengisyaratkan bahwa penularan Covid-19 di Kalsel belum dapat dikendalikan dalam waktu dekat dan cenderung masih tinggi peningkatan kasusnya,” kata Ahsar di Banjarmasin, Sabtu (8/8).

Ahsar menjelaskan, model matematika epidemiologi sangat berguna dalam mempelajari keterkaitan antarberbagai kasus epidemi, melakukan evaluasi terhadap upaya-upaya penanganan kasus tersebut, dan untuk menyusun perencanaan tindakan pencegahan dan pengendalian masalah-masalah kesehatan dalam suatu populasi. Model SIRD dimodifikasi untuk kasus yang secara tegas memisahkan subpopulasi sembuh (recovered) dan subpopulasi meninggal (deaths).

Sejak kasus positif Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Kalimantan Selatan pada 22 Maret 2020, kasus ini terus mengalami peningkatan yang signifikan hingga akhir Mei 2020. Di mana, penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar berakhir di seluruh wilayah ini.

Berakhirnya pembatasan ini menjadi awal dimulainya pelaksanaan normal baru di Kalsel, yang disebut sebagai tatanan hidup baru di tengah wabah Covid-19. Ahsar menjelaskan, estimasi parameter pada Model SIRD menghasilkan laju penularan melalui kontak antara individu sehat dan individu terinfeksi sebesar 0,0379, laju kesembuhan dari infeksi sebesar 0,0190, dan laju kematian setelah terinfeksi Covid-19 sebesar 0,0016.

“Laju penularan Covid-19 sebesar 0,0379 berarti bahwa terdapat kemungkinan 379 orang terinfeksi per 10.000 orang dalam subpopulasi rentan,” jelas dosen Program Studi Matematika FMIPA ULM itu.

Adapun, nilai laju penularan penyakit ini ditentukan melalui kontak efektif antara individu sehat dengan individu terinfeksi per satuan waktu dan peluang sukses infeksi yang berkaitan erat dengan karakter Covid-19. Sementara itu, Yuni Yulida, dosen Program Studi Matematika FMIPA ULM menambahkan, peluang sukses infeksi virus tidak dapat diubah, sehingga laju penularan penyakit hanya dapat dikendalikan melalui mekanisme pengaturan kontak efektif.

Pengendalian kontak efektif yang dia maksud, di antaranya melalui penetapan dan penerapan langkah-langkah pencegahan di lingkungan kerja dan sosial. Yang meliputi penerapan jaga jarak fisik, ketersediaan fasilitas cuci tangan, dan penerapan etika pernapasan seperti penggunaan masker.

Jika langkah-langkah pencegahan tersebut dapat dilaksanakan sesuai protokol kesehatan, maka laju penularan Covid-19 di Kalsel dapat diturunkan. Sedangkan, laju kesembuhan dan kematian dari infeksi Covid-19, yang masing-masing sebesar 0,0190 dan 0,0016 berturut-turut berarti bahwa terdapat sekitar 19 orang yang sembuh dan 1 hingga 2 jiwa yang meninggal dari 1.000 orang yang terinfeksi Covid-19.

Yuni menjelaskan, nilai laju kesembuhan dan laju kematian ini bergantung pada penanganan kasus terinfeksi Covid-19. Hal ini berkaitan dengan upaya dan kemampuan sistem kesehatan yang ada (rumah sakit hingga peralatan medis) dalam melakukan identifikasi, isolasi, pengujian, pelacakan kontak, hingga melakukan karantina orang yang terinfeksi.

“Kemampuan yang semakin tinggi dan upaya yang semakin besar dari sistem kesehatan di Kalsel akan meningkatkan laju kesembuhan dan menurunkan laju kematian dari kasus terinfeksi Covid-19,” katanya.

Sumber: Republika, 8 Agustus 2020.