Hidayatullah Muttaqin

Oleh: Hidayatullah Muttaqin

 

Kasus harian, kumulatif dan kasus aktif di Kalimantan Selatan sempat mengalami penurunan yang cukup signifikan hingga Oktober. Namun kebijakan cuti bersama di akhir Oktober dan liburan panjang akhir tahun oleh pemerintah pusat dalam rangka relaksasi ekonomi mengerek kembali laju penularan virus Corona di Banua. Dampaknya terus berlanjut hingga sekarang “bak” fenomena bola salju.

Pada bulan Oktober 2020, laju pertumbuhan kasus konfirmasi sebesar 49 kasus per hari. Setelah merendah ke tingkat 44 kasus per hari pada bulan November, pertumbuhan penduduk yang dinyatakan terinfeksi Covid-19 menglami “rebound” mulai Desember, yaitu setinggi 69 kasus per hari. Pertumbuhan kasus semakin besar di bulan Januari dan Februari, masing-masing sebanyak 90 dan 134 kasus per hari.

Kondisi ini cukup memprihatinkan. Karena “meledaknya” jumlah warga yang terpapar biasanya diikuti oleh semakin besarnya jumlah kematian. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, jumlah penduduk yang meninggal terkonfirmasi Covid-19 pun mengalami “rebound” pada Desember 2020 hingga saat ini. Jika pada November 2020 jumlah kasus kematian mencapai 43 kasus, maka di bulan Desember naik menjadi 57 kasus. Januari naik kembali ke tingkat 62 kasus dan pada Februari melonjak menjadi 81 kasus.

Pertanyaannya adalah faktor apa yang mendorong laju pertumbuhan kasus Covid-19 di Kalimantan Selatan? Dan kelompok umur mana yang menjadi motor penularannya?

Gagalnya PPKM dan PPKM Mikro Menahan Laju Kasus

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, mari kita lihat terlebih dahulu laju penularan per minggu sejak awal tahun atau paska liburan panjang akhir tahun 2020. Data menunjukkan laju pertumbuhan kasus per hari dalam periode mingguan sempat mengalami pelambatan pada minggu pertama pelaksanaan PPKM. Namun kemudian pertumbuhan kasus per hari mengalami lonjakan secara dramatis justru pada masa pelaksanaan PPKM dan PPKM Mikro.

 

 

Jika pada minggu pertama bulan Januari pertumbuhan Covid-19 berada di titik 67 kasus per hari, makai di minggu terakhir Januari (22-28 Januari) melonjak menjadi 109 kasus per hari. Data minggu terkini (26 Februari – 5 Maret) pertumbuhannya melonjak lagi ke level 185 kasus per hari.

Adapaun daerah yang menjadi motor utama pertumbuhan kasus di Kalimantan Selatan sepanjang tahun 2021 ini adalah Banjarmasin dan Banjarbaru. Dalam periode 1 Januari hingga 9 Maret 2021, kasus baru di kedua daerah ini mencapai 45% dari toral kasus provinsi, yakni masing-masing sebanyak 1.956 dan 1.718 kasus konfirmasi. Daerah yang berada di klaster kedua motor pertumbuhan Covid-19 Kalsel adalah Tanah Bumbu dan Tanah Laut dengan proporsi kasus sebanyak 22%. Kemudian di klaster ketiga adalah Kotabaru, Barito Kuala dan Banjar sebanyak 22%. Klaster keempat Hulu Sungai Selatan, Tapin, Balangan dan Hulu Sungai Utara dengan proporsi kasus sebesar 11%. Daerah lainnya berada di klaster kelima.

Mobilitas Penduduk Pemicu Ledakan Covid-19

Ledakan kasus Covid-19 Kalsel dan gagalnya PPKM dan PPKM Mikro mencegah laju penularan virus Corona bermuara pada kondisi tingginya mobilitas penduduk. Tentu saja ada faktor lain yang menjadi penyebab lonjakan kasus ini di samping faktor mobilitas penduduk.

Berdasarkan data dari Google dalam Covid-19 Community Mobility Reports, tren mobilitas penduduk Kalimantan Selatan mengalami peningkatan pada Januari, Februari hingga 5 Maret 2021 (lihat grafik). Secara grafis, peningkatan mobilitas penduduk tersebut diikuti oleh peningkatan laju kasus harian di mana terdapat pola gerakan yang serupa antara gerakan kurva mobilitas penduduk dengan kurva laju kasus harian.

 

 

Sebagai contoh, meningkatnya mobilitas penduduk akan menyebabkan durasi waktu dan banyaknya anggota keluarga yang berada di rumah mengalami penurunan. Semakin berkurang keberadaan warga di rumahnya, semakin besar interaksi fisik masyarakat di luar rumah seperti di tempat kerja dan transportasi umum. Hal ini berimplikasi pada meningkatnya jumlah kasus konfirmasi Covid-19 harian di Kalimantan Selatan.

Pada grafik selanjutnya juga tampak bagaimana tren kenaikan kegiatan ibu-ibu rumah tangga memenuhi kebutuhan sembako di pasar (toko sembako dan apotik), kegiatan masyarakat berbelanja di pasar modern dan makan di warung atau restoran (mobilitas retail dan rekreasi) diikuti oleh kenaikan lonjakan kasus harian. Hal ini tidak aneh mengingat aktivitas yang disebutan tersebut sangat rentan pada kondisi terjadinya penularan dan saling menularkan sesama warga tanpa mereka sadari.

Meningkatnya kegiatan masyarakat berkumpul di ruang terbuka juga berpotensi menjadi tempat penularan Covid-19. Hal ini diindikasikan dari tren mobilitas penduduk Kalimantan Selatan di Taman sebagaimana yang ditunjukkan dalam grafik di bawah ini.

 

Kaum Milineal Paling Terpapar Covid-19

Setelah kita mengidentifikasi bahwa PPKM dan PPKM Mikro gagal karena justru terjadi peningkatan mobilitas masyarakat, maka selanjutnya adalah kelompok umur berapa yang paling tinggi angka tertular Covid-19? Mengetahui hal ini penting untuk melihat titik tekan kelompok masyarakat yang harus lebih diperhatikan supaya kasus penularan Covid-19 dapat turun.

Grafik di bawah mengilustrasikan bagaimana proporsi penduduk yang terpapar Covid-19 beradasarkan kelompok umur dan bulan kejadi. Tampak pada masa awal pandemi masyarakat paling tinggi keterpaparan Covid-19 adalah kelompok umur 45 hingga 55 tahun. Keterpaparan pada kelompok umur ini menunjukkan pada masa awal pandemi Covid-19 di Kalimantan Selatan, Covid-19 menyerang masyarakat yang relatif sudah mapan kedudukan ekonomi dan pekerjaannya.

Serangan tersebut terjadi karena masyarakat mapan ini cenderung tinggi mobilitasnya ke luar daerah pada saat normal dan pada saat awal pandemi dibandingkan kelompok masyarakat lainnya. Tentu saja tingginya mobilitas masyarakat mapan tersebut terkait dengan kegiatan bisnis, pekerjaan ataupun berlibur ke luar daerah dan luar negeri.

 

Setelah beberapa bulan pandemi berjalan, kelompok masyarakat yang paling tinggi proporsinya terpapar Covid-19 adalah kaum milenial. Kaum milenial adalah generasi kelahiran tahun 1980 hingga 1994. Artinya di tahun 2021 ini mereka berada di rentang kelompok umur 27 hingga 42 tahun. Grafik di atas menunjukkan masyarakat dari kelompok umur 26 hingga 35 tahun adalah paling banyak terpapar Covid-19.

Secara keseluruhan kasus konfirmasi Covid-19 dari awal pendemi hingga 28 Februari 2021, kaum milenial yakni penduduk yang berada dalam rentang umur 26-35 tahun dan 36-45 tahun menyumbangkan 43% kasus positif Covid-19 di Kalimantan Selatan. Kemudian Generasi Z, yaitu dari rentang 12 hingga 25 tahun berkontribusi sebanyak 17% kasus provinsi. Setelah itu kelompok umur 46-55 tahun sebanyak 17% dan di atas 56 tahun sebesar 13% kasus.

Kemudian keterpaparan dari sisi kelompok umur dilihat dari durasi kasus per minggu dan dari akhir tahun 2020 hingga akhir Februari untuk melihat bagaimana arah keterpaparan pada kondisi terkini. Hasilnya menunjukkan pola yang sama, yaitu kaum milenial adalah kelompok masyarakat paling banyak terpapar Covid-19 paska liburan panjang akhir tahun.

Hanya saja ada penyimpangan sedikit di awal Januari, yaitu ada peningkatan proporsi kasus di kelompok masyarakat yang sudah mapan (46-55 tahun). Ini mengindikasikan masyarakat yang relatif mapan secara ekonomi melakukan kegiatan berlibur akhir tahun ke luar daerah yang dampaknya baru diketahui setelah itu.

Kaum milenial merupakan kelompok masyarakat yang diindikasikan paling tinggi tingkat mobilitasnya. Dalam hal ini adalah mobilitas lokal. Mereka adalah generasi yang secara umum memenuhi lapangan kerja pada saat ini sehingga mobilitas mereka yang tinggi terkait dengan mobilitas kerja mereka. Mereka juga juga cenderung relatif mapan untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan berbelanja dan makan di restoran. Sementara kaum milenial dari kalangan ibu-ibu aktivitasnya juga tidak dapat lepas dari kegiatan berbelanja di pasar, minimarket dan pusat perbelanjaan.

Adapaun Generasi Z atau Gen Z cenderung belum mapan karena sebagain besar masih sekolah dan atau baru mendapatkan pekerjaan. Sehingga mobilitas mereka cenderung berada di tempat-tempat terbuka yang tidak perlu keluar banyak biaya atau bahkan gratis. Dalam data Google, kegiatan Gen Z ini yang cenderung menopang kenaikan mobilitas di taman.

Kesimpuan dan Rekomendasi

Meskipun kelompok masyarakat yang paling banyak terpapar Covid-19 adalah kaum milenial dan Gen Z, tetapi risiko kematian paling tinggi dialami oleh penduduk usia lanjut. Dalam hal proporsi kasus kematian karena Covid-19, data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa 48% kasus kematian dialami penduduk berumur 56 tahun ke atas. Kemudian 32% menimpa kelompok umur 46 hingga 55 tahun dan 17% untuk kaum milenial.

Jika kita dapat mengkondisikan mobilitas dan penerapan protokol kesehatan di kalangan kaum milenial dan Gen Z, maka laju kasus Covid-19 dapat diturunkan. Pengurangan kasus penularan di kedua kelompok generasi ini dapat berdampak baik terhadap penurunan keterpaparan virus Corona pada kelompok umur 46-55 tahun dan usia lanjut sehingga itu akan mengurangi risiko kematian Covid-19. []

Hidayatullah Muttaqin, SE, MSI, adalah dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan dan anggota Tim Pakar Percepatanan Penanganan Covid-19 ULM

Sumber: Muttaq.in